Belajar Online telah Menyadarkan Orang Tua Tentang Peran Guru
Selama pembelajaran jarak jauh orangtua baru menyadari bahwa mendidik atau menjadi guru bukan perkara mudah
Share This Article
Menjadi guru bukanlah hal yang mudah dan ini baru disadari oleh orang tua ketika mereka harus bertindak sebagaimana halnya tenaga pengajar selama masa pembelajaran jarak jauh.
Disitu berjalan penuh lika-liku. Banyak cerita, banyak suka duka, banyak tetes air mata.
Irawati orang tua siswa SD kelas I di kota luwuk berharap agar anaknya bisa membaca setibanya di bangku SD.
Mengingat masa Taman Kanak-Kanak anak laki-lakinya hanya mendapatkan pendidikan modal belajar daring.
“Namanya sekolah online, kita cuma dapat bahan materi terus kita yang jadi guru. Aduh, rasanya mau pecah ini kepala,” keluhnya menyadari hal itu.
Sekarang anak semata wayangnya itu sudah harus duduk di bangku SD, disinilah ia berpacu agar sang buah hati sudah bisa membaca. Tapi itu masih jauh diluar harapan, sang anak lebih manja dan ogah-ogahan.
“Ya ampun semua campur aduk ajar anak supaya bisa lancar membaca. Saya sampe menangis kalau anak malas atau kurang perhatian,” ucapnya.
Ira kini menyadari kekurangannya, kata dia, memberi makan, membelikan mainan adalah soal gampang. Tapi mendisiplinkan anak agar serius belajar bukanlah perkara mudah.
“Ternyata jadi guru itu susah,” sambungnya.
Jika sekolah online masih berlanjut, Ira sudah membayangkan bagaimana susahnya dia membantu anak menyelesaikan tugas-tugas dari semua mata pelajaran.
Dia yakin hal itu akan memuatnya stres dan galau dalam mendampingi anaknya.
“Saya berdoa agar sekolah dapat berjalan sebagimana biasa. Jujur saya tidak punya bakat jadi guru.
Sedikit berbeda dengan Roswati, mendampingi anak belajar dari rumah membuat dirinya berasa kembali menjadi siswa.
Ia menyadari anak tetaplah anak, kapasitas alaminya tidak lepas dari bermain dan bergembira.
“Kenyataan ini terkadang sulit untuk dimaklumi oleh orangtua,” ungkapnya memotivasi orang tua lain yang sama dalam group belajar anak.
Diakunya, banyak suara ibu yang menjerit, marah dan membentak anaknya karena tidak mau belajar.
Bahkan ada juga orangtua yang tanpa sadar menyakiti anaknya secara fisik karena bisa mengerjakan tugas dengan benar. Kekerasan tidak seharusnya terjadi.
“Apalagi dalam mendidik anak sendiri. Saya banyak di curhati dari teman-teman,” ungkap perempuan 32 tahun ini.
Sekalipun dia hanya seorang ibu rumah tangga, namun bangku kuliah SI jurusan konseling membuatnya sedikit bermanfaat ketika pembelajaran jarak jauh itu dilakukan.
Ia pun berharap dari momen ini, bagimana orang tua bisa memahami tugas berat para guru mendidik buah hati mereka.