22 September 2023
×
×
Today's Local
22 September 2023
Tutup x

Lupa Lopotan Tigo, Taher Gugur di Hutan Topehing

Lupa Lopotan Tigo, Taher terkepung Permesta. Ia pun gugur karena tidak mau menunjukan lokasi persembunyian warga

Pasukan TNI tiba di Kotamobagu 1959 dalam tugas menjmpas Permesta/PRRI. FOTO: IPPHOS.

Door ! Taher Aspar seketika roboh dengan punggung leher terkoyak lebar ditembus peluru. Ia ditembak dari jarak yang sangat dekat oleh pasukan Permesta / PRRI.

Gema letusan memecah keheningan ditengah hutan Topehing, Sisipan, Kecamatan Batui. Peristiwa ini disuatu petang pada Tahun 1958.

Ine Jambang, salah seorang bangsawan di Batui lemas seketika. Dia hanya bergumam kecil. “Inalillah, kase (kasihan) Taher,” gumamnya tercekat.

Seharusnya kata Ine, Taher bersama rombongan mereka mengungsi jauh ke hutan Banggala. Tapi ketika paruh perjalanan, Taher lupa dengan tembakau merek 555 (Lopotan Tigo), lalu ia pun kembali ke kampung (Batui).

Apes, disana Taher terkepung, ia dipaksa menunjukan tempat persembunyian warga.

Target permesta adalah menemukan tokoh pentolan Gerakan Pemuda Sulawesi Tengah (GPST) Badarusalam, yang juga menjabat kepala distrik (Camat).

Tidak berbicara, Taher hanya memberi isyarat ikut dibelakangnya. Sesekali bahu Taher di dorong dengan laras senjata.

Terik matahari mulai menembus sela sela dedaunan yang lebat. Anggota Permesta sudah merasa dipermainkan sejak pagi mereka belum juga sampai ditempat persembunyian warga.

Hari pun mulai petang, Taher hanya terus berjalan tak tentu arah dan sesekali mereka tiba di lokasi yang sama.

“Dimana mereka, kenapa hanya berputar-putar disini,” marah salah satu permesta yang mulai gusar. “Sudah dekat ikut saja,” sergah Taher.

Komat kamit bibir Taher terus membaca ayat-ayat pendek. Dia tau ajalnya tak lama lagi tiba, ia hanya berpikir membuat tentara permesta kehilangan waktu mengejar pengungsi.

Tepat di Topehing ditengah hutan bambu, mereka menghentikan langkah Taher, penyiksaan dimulai tapi tak satupun yang terucap dari bibirnya.

Hanya kalimah syahadat dan takbir disebutnya, hingga kemudian komandan dari tentara permesta itu menarik pelatuk senjata. Taher tewas seketika sebagai pahlawan penyelamat orang-orang Batui.

Atas permintaan pemerintah, untuk menghormati jasanya kubur Taher dipindahkan ke makam Pahlawan Tg Tuwis Luwuk.

Tentang Permesta

Diketahui Gerakan Perjuangan Rakyat Semesta atau yang lebih dikenal dengan Permesta merupakan salah satu gerakan militer di Indonesia.

Permesta didirikan pada 2 Maret 1957. Pendirian gerakan ini ditandai dengan pembacaan Piagam Perjuangan Semesta atau Permesta di rumah Gubernur Makassar.

Menurut Donald Qomaidiansyah Tungkagi dalam buku Meretas Tabir Identitas: Serpihan Sejarah dan Budaya Bolaang Mongondow (2020), dalam gerakan ini, Permesta bergabung dengan PRRI atau Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI).

Kemudian dua gerakan ini mendirikan pemerintahan tandingan dengan Mr. Syafruddin Prawiranegara sebagai Perdana Menteri. Akibatnya konflik bersenjata tidak dapat dihindari. Konflik ini berlangsung sejak 1958 hingga 1961.

Penumpasan permesta dilakukan  setelah tentara Indonesia dari Tanjung Pura bergabung dengan gerilyawan GPST masuk mengepung dan melumpuhkan permesta di Dati II Banggai.