22 September 2023
×
×
Today's Local
22 September 2023
Tutup x

Tour de Banggai Mengingatkan Kejayaan KM Kecamba dan Oto Nusantara

Rute yang dipilih Tour de Banggai mengingatkan kejayaan KM Kecamba dan Nusantara yang melayani Trayek Toili - Luwuk

Pada tahun 1960 sampai 1970-an, Oto Nusantra alias truk dengan hidung atau moncong panjang masih cukup banyak ditemui di jalanan Indonesia. Seiring perkembangan zaman, truk jenis ini tergeser dengan kehadiran truk tanpa hidung.

Pesta balap sepeda Tour de Banggai (TDB) 2021 akan dilaksanakan pada Minggu, 12 Desember 2021. Perhelatan sepeda ini adalah kali pertama diselenggarakan di Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah.

Ada fakta menarik dibalik etape TDB Toili – Luwuk, menempuh jarak 100 kilometer dengan melintasi delapan kecamatan itu mengingatkan kita pada kejayaan Oto Nusantara serta sulitnya moda perjalanan dari Toili ke Luwuk tempo dulu.

Sebelum 1970-an untuk mencapai Luwuk seperti halnya etape TDB dibutuhkan waktu tempuh 2 hingga 3 hari. Itupun jika tak terhalang banjir, apabila ya maka bisa memakan waktu hingga seminggu lamanya.

Dari Moilong ke Batui hanya bisa dilalui dengan jalur laut selanjutnya menggunakan jalur darat.

Seperti apa waktu itu ? berikut telisik Jurnal Banggai.

Mengutip kisah pada 1970 akses Toili (Moilong kini) menuju Batui hanya dilayani sebuah kapal bermesin yang diberi nama Kecamba. Itu singkatan dari Kecamatan Batui, Kecamba hadir menggantikan kapal – kapal layar  yang lalu lalang melayani rute Moilong – Batui.

Kecamba dengan bodi berbobot 7 ton itu kadang membawa 15 hingga 20 penumpang. Batui menjadi area transit yang menghubungkan Moilong dan Luwuk.

Sedangkan untuk melanjutkan perjalanan dari Batui ke Luwuk hanya dilayani truk beratap yang dikenal dengan nama Oto Nusantara.

Oto Nusantara merupakan truk Toyota FA100, Dia menjadi satu-satunya alat transportasi dari Batui ke Luwuk. Mobil milik warga keturunan tionghoa itu mengandalkan mesin bensin 6 silinder dengan kapasitas 3878 cc.

Kisah mereka yang pernah menumpang ke Luwuk, Oto Nusantara sangat tangguh melalui jalan darurat di antara pepohonan kelapa dan semak belukar. Sesekali juga menyebrangi anak sungai.

Kala itu Nusantara membawa hasil bumi juga penumpang.

Tak ada aspal yang dilalui, rute yang di lalui Nusantara seperti halnya off road .

Saat Banjir di Sungai Kintom Oto Nusantara akan beristrahat menunggu air surut dan itu bisa memakan waktu yang panjang hanya untuk tiba di Luwuk.

Diceritakan, tanpa infrastruktur jalan beraspal, kadang warna asli hijau Nusantara sudah tak tampak karena dibalut lumpur.

Nusantara I bisa disebut sebagai angkutan penumpang pertama melayani trayek Batui – Luwuk, sekaligus andalan membawa hasil bumi dan dagangan yang diperlukan masyarakat Batui dan Toili.

Beberapa tahun kemudian Ko Ayong pemilik Oto Nusantara menambah armadanya dari Oto Nusantara I hingga Nusantara III.

Disini pemilik masih percaya mobil buatan 60-an itu dan terpakai hingga era 90-an.